Hasil penelitiannya menunjukkan sekitar 45 persen orang dewasa mendengkur ketika tidur kendati tidak sering dan sekitar 26 persen lainnya yang mengalami mengorok secara teratur dalam tidur mereka.
Banyak orang yang terkecoh bahwa mendengkur menandakan kualitas tidur seseorang adalah nyenyak.
Tetapi sebaliknya justru menjadi gejala gangguan pada kesehatan yang lebih serius. Hal itu banyak tidak disadari oleh kita. OSA lebih banyak dialami oleh kaum pria dibandingkan perempuan.
Baca Juga: Cek Murur Jemaah Haji Indonesia, Semua Siap, InsyaAllah Lancar
Mendengkur yang mengarah kepada OSA ditandai oleh tertutupnya jalan pernapasan. Ketika tertidur lelap, otot-otot di sekitar tenggorokan dan lidah umumnya dalam kondisi relaksasi atau mengendur.
Bagi penderita OSA, relaksasi tersebut dapat berlebihan sehingga jaringan lunak di belakang tenggorokan jatuh dan menyumbat saluran pernapasan.
Akibatnya aliran udara masuk ke paru-paru menjadi terhalang dan penyumbatan yang terjadi ini bisa total (apnea) ataupun parsial (hipopnea).
Ketika jalan napas menjadi terhalang, maka tidak ada oksigen yang bisa masuk dan menyebabkan terjadinya henti napas. Kejadian ini dapat berlangsung selama beberapa detik hingga lebih dari satu menit.
Selama fase ini, kadar oksigen dalam darah bisa turun secara dramatis. Upaya untuk bernapas tetap berlanjut. Ini menciptakan tekanan negatif di dada, mencoba menarik udara masuk melalui jalan napas yang tersumbat.