TANJUNGPINANG PIKIRAN RAKYAT - Melintas kawasan Jalan Raya Genuk Semarang terlihat berbeda menjumpai sebuah gang berhias ornamen Bongpay, patung naga dan itulah pesona Kampung Genuk Krajan di Kota Semarang.
Terletak tepatnya di RT 04 RW 03 wilayah Kecamatan Candisari, Kota Semarang kampung Krajan yang dulunya diduga bekas pemakaman Thionghoa.
Pemakaman Thionghoa selalu identik dengan hiasan patung naga, ornamen Bongpay dan itu ditemukan ketika masuk gang menuju Kampung Genuk Krajan.
Hiasan patung naga, ornamen Bongpay yang menghiasi gang menuju Kampung Genuk Krajan, ternyata bukan hiasan semata-mata.
Ada kisah cerita dibalik patung naga dan ornamen Bongpay, yakni eksistensi orang-orang Tionghoa di Kota semarang.
Kawasan ini diduga merupakan bekas pemakaman Tionghoa, bahkan ketua RW setempat pun tidak mengetahui sejarahnya secara detail
Ketika menempati daerah ini sekitar tahun 1991 sudah menjadi pemukiman, tetapi sebelum tahun 1991 atau sekitar tahun 1990-an.
Pada waktu itu masih ada orang menggali tanah untuk membangun pemukiman dan saat melakukan penggalian tanah menemukan bongpay.
Semakin lama rumah-rumah penduduk di kawasan ini dibangun seperti sekarang kemudian bongpay,patung naga dijadikan hiasan gang.
Gang yang dihiasi patung naga disebut dengan Gang Naga, karena kemungkinan dominasi gang penuh hiasan patung naga khas Tionghoa.
Lahan Semakin Sempit dan Padat penduduk
Tidak hanya daerah Genuk Krajan yang diyakini bekas pemakaman, akan tetapi ternyata daerah Bangkong, Wonodri, Tegalsari dulu bekas pemakaman umum, terutama Tionghoa.
Alasan pemakaman umum dijadikan pemukiman penduduk lantaran penduduk meningkat kemudian lahan juga semakin semakin sempit.
Alternatif lain dalam menyikapi permasalahan kepadatan penduduk, maka pemerintah setempat melakukan penataan.
Salah satunya dengan memindahkan beberapa makam kuno yang sudah dipakai, lalu dijadikan lahan pemukiman penduduk.
Strategi pemerintah Kota Semarang tampaknya membuahkan hasil ada beberapa lokasi pemakaman diubah menjadi pemukiman sekitar tahun 1970-an.
Pada saat pemindahan makam di Genuk Krajan ada sebagian makam tidak terurus oleh pihak ahli waris.
Efek dari makam Tionghoa tidak ada yang mau mengurus sampai ditemukan warga menggali tanah, kemudian menemukan sisa bongpay.
Selanjutnya sisa-sisa bongpay akhirnya oleh sebagian warga setempat dijadikan hiasan gang seperti terlihat sekarang.***